Showing posts with label Model Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Model Pembelajaran. Show all posts

15.11.17

Pendidikan Abad 21 dan Literasi Media

Semakin pesatnya perkembangan teknologi, terutama dalam empat dekade terakhir sejak ditemukannya teknologi internet menyeret percepatan dalam semua aspek kehidupan. Globalisasi menjadi salah satu dampaknya tidak hanya dalam hal teknologi, terasa juga dampaknya dalam aspek sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Pertukaran informasi dan pengetahuan sudah menembus batas geografis, perubahan ini menciptakan kebutuhan akan produksi dan proses informasi yang lebih kompleks.

Pada tahapan selanjutnya dibutuhkan pengetahuan yang luas, kemampuan analisis dan berpikir kritis sebagai bekal memahami pola komunikasi media baru dalam memproduksi bentuk, isi dan makna. Kiranya begitu ramalan akan tantangan Abad 21, dan semakin hari fenomena media semakin mendekati ramalan tersebut atau bahkan melampaui dari yang diramalkan. Salah satunya fenomena yang makin nampak adalah kesulitan menyaring informasi pemberitaan palsu (hoax). Tantangan ini sudah semestinya mendorong dunia pendidikan melakukan inovasi untuk membekali generasi ke depan menjadi melek media.

Pendidikan Abad 21 
Pendidikan Abad 21 menjawab tantangan tersebut dengan konsep belajar yang menjamin siswa terampil dalam berinovasi (berpikir kritis, kreatif dan kemampuan kolaboratif), menggunakan dan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, dan memiliki keunggulan karakter (life skills). Tiga aspek utama dalam Pendidikan 21 ini yang kemudian menjadi acuan dan diadopsi oleh sistem-sistem pembelajaran di seluruh dunia, termasuk di Indonesia melandasi pengembangan kurikulum 2013. 

Pendidikan Abad 21 meliputi banyak elemen pendidikan, dengan tujuan tiga kemampuan utama yang salah satunya adalah Kemampuan Teknologi dan Media Informasi. 
Dimensi Information, Media and Technology di dalamnya meliputi: literasi informasi (information literacy),  literasi media (media literacy), dan literasi TIK/Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT literacy) dideskripsikan seperti pada tabel berikut:

Keterampilan Abad 21
Deskripsi
Keterampilan Teknologi dan Media Informasi
 1. Literasi informasi: siswa mampu mengakses informasi secara efektif (sumber nformasi) dan efisien (waktunya); mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara kritis dan kompeten; mengunakan dan mengelola informasi secara akurat dan efektf untuk mengatasi masalah.

 2. Literasi media: siswa mampu memilih dan mengembangkan media yang digunakan untuk berkomunikasi.

 3.  Literasi TIK: siswa mampu menganalisis media informasi; dan menciptakan media yang sesuai untuk melakukan komunikasi



Literasi Media
Berpegangan pada dimensi Keterampilan Teknologi dan Media Informasi yang dideskripsikan oleh Trilling dan Fadel, salah satunya mencakup kemampuan literasi media. Dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (2016), literasi media adalah pengetahuan tentang berbagai bentuk media, seperti media cetak, media elektronik (radio dan televisi), media digital (media internet) dan memahami tujuan serta penggunaannya. Tentu saja, tidak hanya sampai disana siswa juga harus mampu mengindentifikasi perbedaan antara fakta dan opini, fiksi dan non-fiksi, antara hiburan, informasi dan persuasi.

Urgensi membekali siswa dengan kemampuan literasi media menjadi sangat penting untuk mengimbangi arah perkembangan media saat ini. Ada hal yang jarang dipertimbangkan oleh orang dewasa sebagai pendidik, bahwa semua media kini dioperasikan dan dikendalikan oleh pemilik modal terbesar, pemilik perusahaan besar, dimana secara tidak langsung memberi tahu kita apa yang harus dipercaya, apa-apa yang penting, siapa yang harus dipilih, apa yang harus dibeli, bagaimana seharusnya mengekspresikan perasaan menurut versi mereka. Apabila hal ini disepelekan dan membiarkan generasi selanjutnya dengan seolah-olah tidak ada yang salah, akan mengarah kepada sistem budaya masyarakat yang reaktif, mudah tergiring oleh berbagai isu dan cenderung bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Kenyatannya, tidak ada aturan atau sistem norma yang mengatur untuk bersosialisasi di dunia digital selain individu itu sendiri (Saidi, 2017). disinilah letak pentingnya mengajarkan literasi media agar mereka dapat mengetahui bahwa setiap informasi memiliki sumber, dan mampu mengetahui sudut pandang sumbernya.

Mengacu pada definisi Literasi Media yang dirumuskan pada The National Conference on Media Literacy Aspen Institute December 1992, “It is the ability of a citizen to access, analyze, and produce information for specific outcomes.” (dalam Silverblatt, dkk., 2014). Ada tiga dimensi utama terkait dengan literasi media, yaitu mengakses, menganalisis dan menghasilkan informasi. Ketiga dimensi ini yang kemudian mendasari perancangan kegiatan pembelajaran di sekolah untuk disesuaikan dengan tingkatan satuan pendidikan. Kemampuan literasi media sangat relevan untuk ditanamkan pada siswa di era arus informasi yang sangat terbuka saat ini. Sedangkan kemampuan paling mendasar dari literasi media adalah berpikir kritis, siswa memiliki kebebasan untuk memilih informasi, bukan alih-alih kita menyuguhkan mana yang harus mereka terima melainkan bagaimana memberikan stimulus agar mereka dapat berpikir sebelum menentukan “informasi apa yang saya butuhkan? Media apa yang harus saya pilih untuk mendapatkan informasi tersebut?” atau ketika mereka menerima berbagai macam informasi dari media massa tidak serta merta mereka terima begitu saja, karena mereka mengetahui ada aspek lain yang mempengaruhi bagaimana informasi tersebut dibuat.

Jadi, sejauh mana Literasi Media sudah ada dalam pendidikan kita? Seberapa penting (urgensi) penerapannya dalam pendidikan praktis?


26.2.14

Model, Pendekatan dan Metode Pembelajaran


     Konsep Model, Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Konsep Model Pembelajaran
Suatu bentuk atau pola yang menggambarkan rencana pembelajaran. Model pembelajaran akan menjadi pegangan guru di kelas untuk merancang bahan pembelajaran dan sebagai alat yang  dapat membimbing proses pembelajaran. Di dalamnya terdapat strategi pencapaian kompetensi dengan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Sedangkan penggunaan metode pembelajaran bersifat optional atau pilihan. Guru boleh memilih model pembelajaran yang akan digunakannya sesuai dengan identifikasi situasi, kondisi dan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Konsep Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran akan berpengaruh pada metode yang diterapkan guru di dalam kelas dan fokus dari suatu pembelajaran. Menurut Roy Kellen terdapat dua pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches). Pembelajaran yang berpusat pada siswa menuntut siswa aktif dalam pembelajaran karena memandang siswa sebagai subyek belajar sehingga menurunkan strategi pembelajaran inquiry-discovery dan pembelajaran induktif. Sedangkan, pendekatan yang berpusat pada guru menempatkan siswa sebagai obyek belajar dan menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran expository.
Konsep Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan suatu penjabaran dari pendekatan. Satu pendekatan pembelajaran dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan, termasuk di dalamnya adalah teknik dan taktik mengajar.


Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitin kelompok disusun oleh Herbert Thelen berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
  • Mempunyai misi atau tujuan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengambangkan proses berpikir induktif.
  • Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
  •  Memiliki empat bagian model sebagai pedoman praktis bila guru akan menerapkan suatu model pembelajaran, yaitu:
  1. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax)
  2. Adanya prinsip-prinsip reaksi
  3. Sistem sosial
  4. Sistem pendukung
  5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, meliputi: 1)Dampak pembelajaran; hasil belajar yang dapat diukur. 2) Dampak pengiring; hasil belajar jangka panjang.
  • Membuat persiapan mengajar (instructional design) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.


Empat jenis Model Pembelajaran berdasarkan Teori Belajar
o   Model Interaksi Sosial
Didasari oleh teori beljar Gestalt (field theory). Model interaksi sosial menaruh perhatian pada hubungan individu yang harmonis dengan masyarakat (learning to life together). Model ini memandang pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh, bukan bagian-bagian. Sedangkan strategi pembelajaran yang mencakup di dalamnya adalah kerja kelompok, pertemuan kelas dengan tujuan untuk mengembangkan pemahaman diri dan rasa tanggung jawab, social inquiry untuk mengambangkan kemampua pemecahan masalah sosial dengan berpikir logis, bermain peran simulasi sosial untuk membantu siswa menemukan nilai sosial maupun nilai pribadi dari berbagai kenyataan sosial.

o   Model Pemrosesan Informasi
Berdasarkan pada teori belajar kognitif dari Piaget dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Teori ini dipelopori oleh Robert M. Gagne dengan merujuk kemampuan pemroses informasi pada cara mengumpukan atau menerima stimuli dari lingkungn mengorganisasi data verbal dan visual. Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam pembelajaran.

Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan) sehingga menghasilkan hasil belajar. Model ini merumuskan human capabilities yang merupakan keluaran dari pemrosesan informasi, yaitu: (1) informasi verbal; (2) keckapan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; (5) kecakapan motorik. Sedangkan model pemrosesan informasi mencakup di dalamnya beberapa strategi pembelajaran di antaranya: mengajar induktif, latihan inquiry, Inquiry keilmuan, pembentukan konsep, model pengembangan dan Advanced Organizer Model.

o   Model Personal
Didasari oleh teori Humanistik dari berbagai tokoh kumanistik diantaranya Abraham Maslow dan Arthur Comb, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya adalah emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Menurut teori ini guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif agar siswa merasa bebas dalam mengembangkan dirinya, baik secara emosional maupun intelektual.

Model pembelajaran ini di dalamnya meliputi beberapa strategi pembelajaran, yaitu: (1) pembelajaran non-direktif untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi; (2) latihan kesadaran untuk meningkatkan kemampuan interpersonal; (3) sintetik untuk mengambangkan kreativitas dalam memecahkan masalah dan (4) sistem konseptual untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.

o   Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini didasari oleh teori belajar behavioristik, menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Dalam implementasinya, dikenal pemberian reward sebagai bagian dari reinforcement pendukung, pemberian punishment sebagai negative reinforcement dan penerapan prinsip pembelajaran individual terhadap pembelajaran klasikal.

Model pembelajaran ini di dalamnya meliputi berbagai strategi pembelajaran, yaitu: (1) manajemen kontingensi untuk mengembangkan kemampuan konseptual; (2) kontrol diri untuk mengembangkan keterampilan sosial; (3) relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan; (4) pengurangan ketegangan untuk mengalihkan pada kepekaan situasi sosial; (5) latihan asertif desentisasi untuk memberikan umpan ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial; (6) latihan langsung untuk menerpkan pola-pola perilaku dan keterampilan.


Pola pembelajaran dilihat dari penggunaan media


®    Pola Pembelajaran Tradisional I



Pola ini banyak diterapkan, dimana guru berperan sebagi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Contohnya dalam pembelajaran langsung dan pembelajaran klasikal dimana transfer informasi langsung dari guru kepada siswa tanpa perantara.

®    Pola Pembelajaran Tradisional II
  

Proses transfer ilmu disini dalam pembelajaran langsung dimana guru dan siswa beratatap muka, tetapi peran guru tidak lagi sebagai satu-satunya yang menyampaikan informasi dari awal sampai akhir. Dalam prosesnya guru dibantu dengan media (baik visual, audio, maupun audiovisual) atau alat peraga yang dapat membantu siswa menerima informasi menjadi lebih mennyenangkan. Pembelajaran dengan pola ini misalnya guru menyajikan video atau rekaman suara tentang sejarah.

®    Pola Pembelajaran Guru dan Media

Pada pola pembelajaran ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari majalah, modul, televisi edukasi, atau bisa dengan guru menyajikan media audio, visual maupun audiovisual ke dalam kelas. Peran guru tidak lagi hanya sebagai transmitter tetapi ia harus mulai sebagai director of learning yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Disini peran media dan guru memiliki peran yang sama, bukan lagi hanya melengkapi atau membantu. Misalnya dalam pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi e-learning.

®    Pola Pembelajaran Bermedia

Pada pola pembelajaran bermedia peran guru digantikan dengan media, sehingga media sebagai sumber informasi utama dalam kegiatan pembelajaran. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator belajar saja. Seperti halnya penerapan pembelajaran berbasis komputer (computer-based learning).


Diajukan untuk syarat Ujian Tengah Semester mata kuliah Model Pembelajaran