27.2.13

Realita dan Hebatnya Profesi Guru

Ini sedikit hal yang sempat terlintas di pikiran saya saat di tengah-tengah perkuliahan hari ini, tepatnya di kelas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Bahasan hari ini tentang Prosedur Pengembangan Evaluasi Pembelajaran, yang sedikit menyinggung salah satu instrumen dari evaluasi pembelajaran yakni soal. Ya, pembuatan soal. 

Dosen saya hari itu menjelaskan pengalamannya membuat dan menganalisis kualitas soal. Dari cerita beliau yang saya tangkap bahwa membuat soal yang berkualitas dengan kadar kesulitan sekian dengan perbandingan bla bla bla sekian itu bukan sebuah hal mudah. Atau mungkin sama sekali tidak mudah. Kemudian jika seseorang dapat melakukan sebuah hal yang tidak mudah, bukan kah berarti hebat? 

Ada beberapa kata-kata menarik yang keluar dari beberapa dosen saya, 
"Kurikulum itu emang keliatan gampang hanya seperti menempel mata-mata pelajaran" 
"Saya pernah mengisi pelatihan guru, ketika para guru diminta untuk membuat RPP dan saya periksa ternyata hanya berbeda cover, isinya copas (read. copy-paste) semua"
"Kalian akan belajar bagaimana menyusun Kurikulum, SK, KD dan RPP kalian akan tahu kalau itu nggak mudah"
"Membuat soal itu bukan seperti membuat pisang goreng, yang bisa cepat, jadi dan langsung bisa dimakan"
Saya bisa mendapatkan sedikit gambaran bahwa ketika kita harus melakukan semua itu, sangat tidak mudah. Kita tahu kurikulum, RPP, soal, penilaian raport itu dekat sekali dengan profesi guru, dan mungkin tidak hanya dekat tetapi menjadi komponen yang wajib dikerjakan oleh seorang guru.

Saat itu saya tahu bahwa menjadi guru bukan benar-benar hal yang mudah. Di luar kesiapan mental menghadapi siswa, di luar lelah untuk menjelaskan pelajaran, di luar masalah daya tangkap siswa bahkan jauh di luar permasalahan-permasalahan (pribadi) yang seorang guru miliki sebagai individu. Guru sudah menjadi profesi yang tidak mudah.

Bisa bayangkan guru itu sebenarnya tidak hanya sekadar mengajar, dia memiliki banyak tanggung jawab akan siswanya di balik berdirinya ia di kelas. Seharusnya

Guru harus menyusun indikator dan rencana pembelajaran, membuat soal, mengisi raport, dan banyak lagi. Belum lagi gurunya sudah berkeluarga, punya tanggung jawab mengurus anak, mengatur tagihan listrik, hutang, tetapi ia harus tetap tampil di depan siswanya sebagai sosok yang 'bisa mengatasi segalanya'.

Profesi guru merupakan profesi yang menciptakan profesi-profesi lainnya. Realitanya profesi guru tidak dianggap 'sehebat itu' atau bahkan terlihat 'nggak banget'. Sekarang ini profesi guru tidak lagi menjadi profesi ideal yang di cita-citakan anak sekolah. Kenapa? Realita.

Realitanya memang para guru tidak menjadikan profesinya 'sehebat itu'. Melihat quote kedua dari salah satu dosen saya sebelumnya, para guru terkesan menganggap mudah profesinya. Tidak membuat rencana pembelajaran, tidak  memperhatikan sejauh mana perkembangan siswanya -hanya sekedar 'yang penting saya sudah menyampaikan materi', membuat soal semalam sebeum ujian atau bahkan saat hari H ujian, dan lain-lain.

Saya pikir profesi guru semestinya tidak menjadi profesi sampingan, dianggap mudah, dapat dilakukan ketika waktu luang dan santai sesuai mood. Profesi guru haruslah menjadi profesi utama yang dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi.

Tidak berarti dengan kondisi profesi guru saat ini adalah alasan untuk tidak menghormati guru. Saya hanya berusaha menuangkan hasil pemikiran, bahwa hebatnya profesi guru itu runtuh dengan para pemegang profesinya sendiri. Saya yakin tidak semua guru seperti itu, tapi saya berdoa untuk tidak satu pun ada yang seperti itu di keesokan hari. Tidak juga saya.

Mau bagaimanapun ini hanya catatan hasil perkuliahan mahasiswa tingkat satu. Terima kasih